Free Download Antivirus


Meski mungkin postingan saya kali ini tidak termasuk kedalam tema blog saya tapi ini hal yang bermanfat.



AVG AntiVirus Free 2015





  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Sejarah Kota Tua Kalianget



Kota Tua Kalianget merupakan salah satu kota modern pertama di Pulau Madura, Kota ini di bangun Pada masa VOC dan diteruskan oleh pemerintahan Hindia Belanda.

Kalianget di kembangkan menjadi kota dikarenakan letaknya yang sangat strategis dan merupakan bandar pelabuhan tersibuk di selat Madura. Pelabuhan tertua di Sumenep adalah pelabuhan Kertasada, lataknya sekitar 10 km dari pusat kota Sumenep. Ketika Sumenep jatuh ke tangan VOC pada tahun 1705, VOC mulai membangun sebuah benteng yang terletak di Kalianget barat, namun dikarenakan posisinya yang kurang strategis dan berbatasan langsung dengan laut selat Madura, Benteng tersebut urung dibangun, maka oleh masyarakat sekitar daerah tersebut dikenal dengan nama "Loji Kantang" .

Kongsi dagang tersebut tak kehilangan akal, akhirnya pihak VOC pun membangun Benteng di daerah Kalimo'ok dikarenakan lokasinya yang cenderung tinggi dari lingkungan sekitar. Benteng tersebut dibangun pada tahun 1785. Seiring dengan dibangunnya daerah pertahanan tersebut, pemukiman-pemukiman orang Eropa mulai menyebar di daerah Marengan dan Pabean, hal tersebut bisa kita lihat pada model arsitektural bangunannya yang cenderung terpengaruh kebudayaan indisch. Kebudayaan Indisch di Indonesia berkembang pada abad 17-18.

Setelah kongsi dagang VOC dibubarkan, maka Pemerintah Hindia Belanda mengambil alih kekuasaan dari kongsi dagang tersebut dalam berbagai hal termasuk juga dalam pengelolaan lahan Pegaraman yang ada di Sumenep. Untuk memperkuat posisi ekonomi dan politik pemerintah Hindia-Belanda di Sumenep, maka pada tahun 1899, pihak pemerintah membangun Pabrik Garam Briket Modern, pertama di Indonesia. Disinilah berbagai fasilitas pendukung industri tersebut dibangun, tak hanya bangunan pabrik, fasilitas Listrik yang terpusat di Gedung Sentral, Lapangan Tenis, Kolam renang, Bioskop, Taman Kota, hingga pemukiman bagi pegawai dan karyawan mulai tersebar di kawasan ini. hal ini sebagai bukti bahwa pemerintah Hindia - Belanda kala itu dengan kuatnya memonopoli hasil garam yang ada di Madura.
Tak hanya itu, sebagai sarana pendukung pendistribusian hasil garam, fasilitas transportasi berupa trem uap, dan pelabuhan juga di sediakan di kawasan ini.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Sejarah Pembangunan Masjid Agung Sumenep



Masjid jamik Panembahan Somala atau lebih dikenal dengan sebutan Masjid Jamik Sumenep merupakan salah satu bangunan 10 masjid tertua dan mempunyai arsitektur yang khas di Nusantara. Masjid Jamik Sumenep saat ini telah menjadi salah satu landmark di Pulau Madura. Dibangun Pada pemerintahan Panembahan Somala, Penguasa Negeri Sungenep XXXI, dibangun setelah pembangunan Kompleks Keraton Sumenep, dengan arsitek yang sama yakni Lauw Piango.

            Menurut catatan sejarah Sumenep, Pembangunan Masjid Jamik Sumenep dimulai pada tahun 1779 Masehi dan selesai 1787 Masehi. Bangunan ini merupakan salah satu bangunan pendukung Karaton, yakni sebagai tempat ibadah bagi keluarga Karaton dan Masyarakat, masjid ini adalah masjid kedua yang dibangun oleh keluarga keraton, dimana sebelumnya kompleks masjid berada tepat di belakang keraton yang lebih dikenal dengan nama Masjid laju yang dibangun oleh Kanjeng R. Tumengguang Ario Anggadipa, penguasa Sumenep 

 Masjid Agung Sumenep

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Perubahan Dari Songenneb Menjadi Sumenep



Perubahan nama Songenneb menjadi Sumenep terjadi pada masa penjajahan Belanda, permulaan abad XVIII (1705). Belanda sudah memulai peran dalam menentukan politik kekuasaan pemerintahan di Madura termasuk Sumenep.

            Pada awal abad XVIII Belanda mengubah sebutan Songenneb menjadi Sumenep, terbukti dengan adanya banyak buku-buku karangan atau terbitan Belanda pada masa itu telah menggunakan sebutan nama Sumenep. Perubahan tersebut di dasari oleh beberapa hal, antara lain:

  1. 1.      Menurut tata bahasa hal ini dilakukan oleh Belanda untuk penyesuaian atau 
          kemudahan dalam pengucapan agar lebih sesuai dengan aksen Belanda. Bagi mereka
          lebih mudah mengucapkan Sumenep dari pada melafalkanSongenneb.

  1. 2.      Untuk menanamkan pengaruhnya, pihak Belanda merasa perlu mengadakan perubahan  
          nama Songenneb menjadi Sumenep. Sebagai komparasi nama kota Jayakarta diubah
          menjadi Batavia, dll.


Nama Sumenep menjadi baku di kalangan pemerintahan, karena setelah proklamasi
kemerdekaan RI, nama kabupaten ini disebut dengan nama Kabupaten Sumenep.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Asal Mula Kata Sumenep



Persoalan manakah sebutan yang paling tua, Sumenep atau Songenneb?, kitab tertua yang mencantumkan nama wilayah ini ialah buku Pararaton yang ditulis pada tahun 1475-1485, dalam Bab VI disebut Asal-Usul Nama Sumenep.
a)      ….., Kinon Adipati Ring Sungeneb, Wetan, anger ing Madura Wetan artinya: ….., Disuruh menjadi Adipati di Songenneb, bertempat tinggal di Madura Timur.
b)     Alama raden Wijaya haneng Sungenneb, artinya: Cukup lama Raden Wijaya tinggal di Songenneb.

J.L Brandes yang menerjemahkan Pararaton, pada indeks nama dan catatan
catatan di bawah Sumenep dan Songenneb, menuliskan bahwa Songenneb ialah bentuk nama yang sebenarnya menurut cara Madura. Kata Sungenneb yang dipergunakan J.L Brandes berasal dari kata Songenneb. Alasan yang menguatkan keyakinan tersebut adalah kata Songenneb lebih sesui dengan lidah/logat orang Madura dari pada kata Sungenneb.

            Mengingat sumber Pararaton adalah sumber tertua yang mencantumkan kata Sungenneb, maka semakin menguatkan dugaan bahwa kata Songenneb dikenal atau lahir lebih awal dari pada sebutan Sumenep. Bukti-bukti yang mendukung antara lain:
1.      Sebutan Songenneb lebih banyak dipakai atau dikenal oleh sebagian besar penduduk Kabupaten Sumenep.
2.      Pengaran buku sejarah dari Madura R. werdisastro menggunakan istilah Songenneb seperti “Babad Songenneb”
3.      Penyebutan nama Sumenep yang muncul kemudian kurang popular di masyarakat pedesaan Sumenep (80% dari jumlah penduduk Kabupaten Sumenep tinggal di desa).

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Lokasi Keraton Sumenep Serta Bangunan-Bangunan Disekitarnya

            Keraton Sumenep berdiri di atas tanah milik pribadi Panembangan Somala (disebelah timur keraton lama milik Ratu R. Ayu Rasmana Tirtanegara). Di depan keraton ke arah selatan berdiri Pendapa Agung, dan di depannya berdiri Gedong Negeri yang didirikan oleh Pemerintah Belanda.

            Disebelah timur Gedong Negeri tersebut berdiri pintu masuk Keraton Sumenep, yang disebut Labang Mesem. Di pintu gerbang itu para penjaga bersikap ramah-tamah kepada para tamu. Di bagian pojok disebelah timur bagian selatan berdiri Taman Sare (tempat pemandian putera-puteri Adipati). Sedangkan di halama belakang keraton sebelah timur berdiri dapur, sebelah barat berdiri sisir (tempat tidur para pembantu keraton, emban, dayang-dayang puteri Adipati), disebelah barat terdapat sumur. Di depan sumur agak ke arah barat berdiri Keraton Ratu R. Ayu Rasmana Tirtanegara, dan di depannya berdiri pendapa. Tetapi di jaman pemerintahan Sultan Abdurrachman pendapa tersebut dipindah ke Asta Tinggi dan disitu didirikan Kantor Koneng.

            Pada masa pemerintahan Sultan Abd. Rachman Pakunataningrat, antara keraton dengan pendapa dijadikan satu deret. Di sebelah selatan Taman Sare berdiri pendapa atau paseban dan sekarang dijadikan toko souvenir. Di sebelah selatan keraton terbentang jalan menuju Mesjid Jamik (ke arah barat), sedangkan ke arah timur menuju jalan Kalianget. Disebelah timur keraton adalah perkampungan, dan di arah timur jalan adalah Kampong Patemon, artinya tempat pertemuan aliran air taman keraton dan aliran-aliran air taman milik rakyat dan taman lake’ (tempat pemandian prajurit keraton). Dari jalan Dr. sutomo ke arah timur terdapat jalan menurun, sebelum tikungan jalan, berdiri pintu gerbang keluar atau Labang Galidigan. Di sebelah barat pintu keluar terdapat jalan menurun, bekas undakan tujuh.

            Di sebelah selatan jalan undakan terdapat Sagaran atau laut kecil merupakan tempat bertamsya putra-putei Adipati. Kini sagaran tersebut ditempati perumahan rakyat dan lapangan tennis.di sebelah barat lapangan tennis, berdiri kamarrata merupakan tempat kereta kencana, dan dibelakangnya berdiri kandang kuda lengkap dengan 2 taman. Taman di sebelah timur ditempati Buaya putih yang dipelihara oleh Adipati. Sedang taman di sebelah barat merupakan tempat pemandian kuda. Kini bagian belakang Kamarrata didirikan Taman Kanak-Kanak, dan di sebelah selatannya didirikan Gedung Olahraga atau lapangn bulutangkis. Di belakang lapangan bulutangkis didirikan perumahan rakyat. Di sebelah barat Kamarrata didirikan Pancaniti (undakan lima) di dekat Lonceng yang merupakan Gedung Pengadilan Keraton. Di sebelah barat Gedung Pengadilan Keraton oleh Pemerintah Hindia Belanda didirikan rumah-rumah Komandan Barisan.

            Di sebelah selatan Alun-alun didirikan Tangsi Prajurit Keraton yang kemudian dubah menjadi Korp Barisan Sumenep tahun 1831 M. Di depan tangsi terdapat tempat latihan para prajurit keraton. Sedang di sebelah utara alun-alun berdiri Gedung bertingkat atau pangkeng malang yang ditempati oleh Adipati dengan keluarganya untuk menyaksikan kegiatan olah raga. Di sebelah barat dan timur Pangkeng Malang pediri pertokoan memanjan ke utara.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS